من جهل المريد أن يسيء الأدب فتؤخر العقوبةعنه فيقول لو كان هذا سوء
أدب لقطع الإمداد وأوجب الإبعادفقد يقطع المدد عنه من حيث لا يشعر ولو لم يكن إلا
منع المزيد وقد يقام مقام البعد وهو لا يدري ولو لم كن إلا أن يخليك وما تريد
“Termasuk
kebodohan murid ialah suul adab (berperilaku buruk). Ketika siksa padanya
ditangguhkan ia berkata “seandainya ini adalah suul adab pastilah kenikmatanku
telah terputus dan di jauhkan dari Allah SWT”. Padahal terkadang tanpa ia
rasakan kenikmatan telah terputus darinya, dengan tidak bertambahnya kenikmatan
padanya. Dan terkadang tanpa ia ketahui ia telah dijauhi oleh Allah SWT, dengan
kosongnya hatimu dari Allah SWT dan terhalangnya apa yang kamu inginkan”.
PENGERTIAN MURID
Murid menurut ulama suluk adalah
orang yang menempuh perjalanan untuk membersihkan dan mensucikan diri dari
kotoran-kotoran dan penyakit-penyakit dengan meminta arahan pada orang alim
yang bersih hatinya dan bagus perilakunya.
Namun kata murid dalam hikmah ini
hendaklah dipahami secara lebih luas. Sebab murid yang dikehendaki Ibnu ‘Athoillah
adalah semua orang yang ingin mendekatkan diri
pada Allah SWT dengan istiqomah memperbaiki keadaan dirinya dan
perilakunya.
KESALAHPAHAMAN SEORANG MURID
Terkadang dari seorang salik
muncul perbuatan yang merusak agamanya, menafikan hukum-hukum syariat atau
bertentangan dengan etika seorang salik. Perbuatan ini berlangsung
hingga beberapa lamanya tanpa ia sadari bahwa perbuatan ini merupakan siksa dan
pelajaran atas apa yang telah ia lakukan. Ia membayangkan bahwa hal yang ia
anggap kemaksiatan atau kesalahan bukanlah sebuah kemaksiatan atau kesalahan.
Ketidak sadarannya ini tidak lain merupakan akibat dari qoswah (kerasnya
hati) yang menimpa dirinya tanpa ia rasakan. Karena jika tidak demikian pastilah
kesalahan yang tidak ia sadari ini tidak terjadi dan ia merasa malu untuk
melakukan kemaksiatan dan kesalahan. Jika ia melakukan kemaksiatan atau
kesalahan ia merasa seperti orang yang ditangkap sebab kesalahannya, ia
menunggu sanksi apa yang ia terima atas perbuatannya. Dan terkadang sanksi
untuknya ditangguhkan, maka hatinya akan selalu bergejolak dan cemas.
Dari sini dapat kita pahami bahwa
menganggap remeh kemaksiatan adalah akibat dari kerasnya hati. Dan cukuplah
siksaan dari Allah SWT yang ditimpakan pada pelaku maksiat berupa lupanya hati
pada Allah SWT yang sebelumnya hudlur pada Allah SWT. Ini adalah siksaan
yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya, karena siksaan ini bukanlah hal yang
kasat mata yang menimpa jasad, keamanan ataupun harta benda.
Seseorang hendaklah selalu
waspada dengan berbagai macam bentuk teguran dari Allah ketika ia merasa
melakukan kesalahan atau ceroboh dalam memenuhi hak-hak Allah SWT. Dan ia juga
haruslah mengetahui bahwa berbagai macam teguran dari Allah SWT tidaklah selalu
berupa teguran yang kongkrit atau kasat mata dan juga tidak serta merta menimpa
ketika ia berbuat salah. Terkadang siksa itu berupa hilangnya kenikmatan dalam
beribadah, dan ini merupakan musibah yang besar. Terkadang berupa terputusnya
ia untuk bisa mengikuti suluknya pada Allah SWT, terkadang terperangkap
cinta dunia di hatinya, terkadang juga Allah SWT menangguhkannya hingga hari
kiamat.
Seorang yang selalu ingat Allah
SWT dan selalu mendekatkan diri pada-Nya akan selalu ingat dan selalu berhati-hati
dengan semua kemungkinan-kemungkinan ini. Jika sudah demikian ia akan selalu
khawatir/waspada dengan siksa Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Hal
demikian ini merupakan salah satu makna yang terkandung dalam firman Allah SWT
إنما
المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم (الأنفال 2)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetar hatinya” (Q.S. Al-Anfal:2)
Jika ada yang bertanya,
apakah orang yang selalu ingat Allah SWT,
taat dengan segala aturannya, masih harus merasa khawatir dengan
ancaman-ancaman Allah SWT??
Semua manusia di dunia ini tidak
ada yang ma’sum kecuali para Nabi dan Rosul. Semua Bani Adam pasti
pernah melakukan kesalahan. Karenanya hendaklah kita selalu khawatir atas
kemaksiatan-kemaksiatan yang kita
lakukan dan kewajiban-kewajiban yang kita tinggalkan atau kewajiban yang
dilakukan tidak sesuai dengan aturannya. Orang yang mencapai derajat sholihin
akan dihadapkan dengan berbagai macam kemaksiatan dan dosa. Hikmah dibalik semua
itu adalah seorang muslim akan merasa khawatir dan tukut akan siksa Allah SWT,
entah siksaan itu berupa peringatan di dunia atau berupa balasan kelak di
akhirat. Agar dalam diri manusia semakin tanpak sifat kehambaannya kapada Allah
SWT.
Adapun kenikmatan yang Allah SWT
berikan kepada manusia bisa menjadi barometer ketaqwaannya pada Allah SWT.
Orang yang taat, istiqomah menjalankan perintah-perintah Allah SWT, berusaha
untuk selalu menjauhi larangan-larangan-Nya lalu Allah SWT menganugrahinya
kenikmatan, kesenangan hidup, jika suatu saat kenikmatannya itu di cabut ia
merasa susah dan berputus asa, maka ia termasuk orang yang kuwalitas ketaqwaannya masih rendah. Orang
yang demikian ini telah Allah SWT sebutkan dalam Al Quran
وإذا
أنعمنا على الإنسان أعرض ونأى بجانبه وإذا مسه الشركان يؤسا (الإسراء 83)
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kapada manusia, niscaya dia
berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong, dan apabila dia ditimpa kesusahan
niscaya dia berputus asa” (Q.S. Al-Isro’ 83)
Maksudnya ketika ia dalam keadaan
enak, penuh kenikmatan ia bangga dengan amal-amal yang telah ia kerjakan, maka
bagaimana mungkin ia bisa khawatir dan waspada dengan ancaman Allah SWT karena
sedikit saja kesalahan yang mungkin ia lakukan.
Dan sebaliknya ketika ia dalam keadaan susah atau mendapat musibah ia berpaling
dari hukum Allah SWT dan berputus asa dari kenikmatan dan rahmat Allah SWT yang
telah dijanjikan. Atau mungkin sebaliknya ia akan semakin banyak berdoa dan
berharap kepada Allah SWT
وإذا
أنعمنا على الإنسان أعرض ونأى بجانبه وإذا مسه الشرفذو دعاء عريض (فصلت 51)
“Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, dia berpaling
dan menjauhkan diri (dengan sombong); tetapi apabila ditimpa malapetaka maka
dia banyak berdoa”. (Q.S. Fushilat:51)
Agar kita terbebas dari dua sifat
manusia yang disebutkan Allah SWT di atas hendaklah kenikmatan yang kita terima
bisa menjadikan kita selalu bersyukur, dan musibah yang kita hadapi mendorong
kita untuk bersabar dan sadar akan kesalahan yang pernah kita lakukan. Sebab
orang yang selalu bersyukur dengan nikmat yang ia terima ia tidak akan
membanggakan amalnya dan tidak pula berdalih bahwa kemaksiatannya telah
diampuni. Dan orang yang bersabar dan bertaubat ketika menghadapi musibah tidak
akan berpaling dari Allah SWT ataupun berputus asa dari rahmat-Nya.
FENOMENA KESALAH PAHAMAN MURID
DALAM MASYARAKAT
Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa kaidah atau aturan yang bisa terapkan pada perseorangan atau perindividu
bisa diterapkan dalam suatu kelompok atau masyarakat. Misalnya dalam sebuah
organisasi atau masyarakat diberi ketentraman dan kemakmuran oleh Allah SWT,
padahal mereka enggan menjalankan perintah Allah SWT dan menghina hukum-hukum
Allah SWT. Sehingga nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka tidak
menjadikan mereka menjadi lebih baik melainkan menjadikan mereka terlena dan
jatuh dalam kemaksiatan, bahkan mereka beranggapan “ masyarakat kita adalah
masyarakat yang diridloi Allah SWT, buktinya
masyarakat kita diberi nikmat yang melimpah, kemakmuran dan aman. Padahal
anggapan mereka ini adalah anggapan yang keliru.
Bisa kita lihat masyarakat yang
sebaimana di jelaskan di atas merupakan gambaran sebuah masyarakat yang mudah
putus asa dan menentang hukum-hukum Allah SWT ketika sedang tertimpa musibah.
Namun jika masyarakat ini adalah umat islam ,maka Allah SWT akan menjadikan
umat islam terpuruk di dalam kehinaan setelah merasakan kejayaan. Tidak hanya
itu bahkan Allah SWT juga menjadikan umat lain yang semula takut dan segan
dengan umat islam menjadi umat yang lebih kuat dan mampu menguasai umat islam.
Sehingga umat islam menjadi tak berdaya di bawah kekuasaan umat tersebut.
Problem yang demikian ini
merupakan penyakit yang tak ada obatnya. Umat islam yang terkena penyakit ini akan mengaku bahwa
dirinya beragama islam, tetapi perbuatannya tidak mencerminkan islam. Sehingga
sudah sepatutnya mereka tertimpa musibah dan di beri peringatan serta di
jauhkan dari nikmat-nikmat Allah SWT. Namun jika mereka tertimpa musibah maka
mereka akan mudah putus asa dan menentang hukum-hukum Allah SWT. Begitu juga
sebaliknya, jika mereka di beri kenikmatan oleh Allah SWT justru mereka malah
menjadi semakin sombong.
Uraian di atas sesuai dengan
kondisi umat islam sekarang ini. Hal ini menyebabkan umat islam menjadi
terpuruk di bawah kendali umat lain. Sekarang jika kita mengingatkan mereka akan
pentingnya dakwah islam dan memajukan islam dengan cara mencetak generasi islami
yang berakhlak mulia maka kita akan di anggap sebagai orang yang mempunyai pola
fikir yang kuno bahkan mereka menghina pendidikan , nilai-nilai islam dan akhlak
yang terpuji.
Tak jauh berbeda ketika dengan
perlahan-perlahan kita mengingatkan mereka agar mau melaksanakan hukum-hukum
Allah SWT yang telah ditetapakan kepada hamba-Nya ,dengan tujuan supaya pada akhirnya mereka bisa menjalankan islam
dengan sepenuhnya, mereka justru menuduh kita sebagai orang yang fundamental
yang menghadang kemodernan dan mengambing hitamkan kita sebagaii penyebab
timbulnya fitnah dan pertikaian.
Tindakan dan pemikiran buruk yang
sering beredar di sekitar kita merupakan sebuah tindakan dan pemikiran yang
sudah melampaui batas kebebasan berfikir dan berekspresi. Namun jika kita mengingatkan
mereka akan pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar maka masih saja mereka berdalih
bahwa kebebasan berfikir dan berekspresi merupakan sesuatu yang harus di jaga.
Jika ada orang mengatakan “perkataan yang
kotor tidak ada hubungan dengan kebebasan berfikir karena pemikiran yang diberi
ke bebasan adalah pemikiran yang berasal dari akal dan diucapkan dengan lisan
bukan pemikiran yang timbul dari nafsu yang diucapkan seenaknya saja” maka
orang yang berkata demikian inii akan dianggap sebagai orang yang kolot. Namun
orang yang membela agama Allah SWT dan mengagungkan Al Quran menurut mereka
merupakan orang yang berfikiran jumud. Sedangkan orang yang menghina Al Quran
dengan kata-kata kotor malah dinilai sebagai seorang pencerah yang membawa
kemajuan.
Sekarang kita tahu keadaan umat
islam yang sebenarnya. Sehingga tidak
aneh Allah SWT menjadikan umat islam berada di bawah kekuasaan orang-orang
kafir.
Pernah terjadi suatu peristiwa
yang menggemparkan dan menjadikan warga arab naik darah, yaitu ketika
orang yahudi membuat tulisan yang
menghina baginda Rosulullah SAW pada dinding Masjidil Aqsho dengan menggunakan
tulisan yang besar yang menarik perhatian.Dengan adanya peristiwa tersebut
sangat aneh jika orang islam yang mendengar
peristiwa ini hanya diam, acuh tak acuh dan tak peduli. Karena hinaan
yang ditulis orang yahudi tersebut merupakan wujud hinaan yang keluar dari
mulut orang-orang yang melecehkan agama
islam.
Sebagaimana yang telah mereka katakan
bahwa perkataan yang jelek juga merupakan kebebasan berfikir yang sudah
sepatutnya medapat tanggapan positif. Jika benar demikian berarti kata-kata
kotor yang ditulis oleh orang yahudi juga merupakan kebebasan berfikir yang
seharusnya mendapat apresiasi bagus. Namun faktanya orang-orang arab justru
malah mengadakan demo karena tidak terima atas hinaan yang mereka lontarkan kepada
agama islam. Jadi jelas bahwa orang yahudi dan antek-anteknya yang mengaku
sebagai pencerah dan mengajak kemoderenan, justru sebenarnya pemikiran merekalah yang harus dibenahi dan
disingkirkan dari hadapan kaum muslimin.
0 komentar:
Posting Komentar