adab ke tiga berDO'A

2. Berdoa
لايكن تأخر امد العطاء مع الإلحاح موجبا ليأسك فهو ضمن لك الإجابة فيما يختاره لك لافيما تختاره لنفسك وفي الوقت الذي يريد لا في الوفت الذي لاتريد
"Janganlah ditangguhkannya pemberian Allah padahal engkau telah memintanya dengan sangat menjadi penyebab keputus-asaanmu.karena Allah menanggung ijabah do'amu dalam bingkai pilihan-NYA bukan dalam bingkai pilihanmu.dan pada waktu yang di tentukan-NYA bukan pada waktu yang engkau tentukan"

Setelah seorang hamba melakukan asbab-asbab dan meninggalkan aturan-aturan serta bertawakkal kepada Allah swt atas hasil-hasil asbab yang dia lakukan, maka dia dituntut untuk berdo'a kepada Allah swt. Ini merupakan bukti bahwa dia adalah mahluk yang butuh kepada Khaliq-nya. Terkadang ada orang yang sudah berdo'a dengan sungguh-sungguh namun dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan dalam do'anya. Sehingga dia menyangka bahwa Allah tidak menepati janjinya. Prasangka ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan tidak bisa ditolelir lagi. Hal ini tak lain karena mayoritas orang hanya meminta dengan mulutnya tanpa memahami makna dari do'a dan syarat-syaratnya.
Meminta (thalab) belum bisa di katakan do'a, karena diantara do'a dan thalab terdapat perbedaan yang sangat besar. Thalab adalah sifat dari suatu lafadz yang diucapkan oleh orang yang meminta. Sedangkan doa adalah suatu ibarat tentang keadaan dan perasaan hati orang yang meminta.
Sebelum berdo'a seorang hamba harus mengetahui persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar do'anya bisa dikabulkan. Oleh karena itu, dia harus mengetahui dua persyaratan sebagai berikut:
1.Sadarnya hati, rendah diri dan tawadlu' di hadapan Allah swt ketika berdo'a.
Apabila hati belum sadar dan belum ada perasaan rendah diri serta tawadlu' kepada Allah swt, sedangkan mulut hanya mengucapkan do'a dengan kalimat-kalimat yang telah di hafalkan (padahal hatinya lupa dan pikirannya melayang), maka permintaan ini belum bisa dikatakan do'a melainkan hanya sebuah thalab. Dalam perspektif lain hanya disebut do'a secara lughawi (bahasa) yakni do'a yang dikehendaki oleh ahli lughat Arab ketika berbicara tentang kalam khabar dan kalam insya'. Oleh karena itu, ketika seseorang berdo'a dengan hati yang tertutup dan tidak ada rasa tawadlu' maka bagaimana mungkin do'a tersebut dikabulkan?
Fenomena lain yang banyak dijumpai adalah seseorang yang sedang memiliki impian-impian dan harapan-harapan duniawi. Dia yakin bahwa impian-impian tersebut akan terwujud ketika dia berdo'a dengan do'a-do'a khusus. Maka dia pun berusaha mencari do'a-do'a tersebut dari kitab-kitab para ulama, para santri dan sebagainya. Setelah dia menemukannya maka dia akan menghafalkannya. Do'a tersebut dia ucapkan berkali-kali, berhari- hari bahkan sampai berminggu-minggu padahal hatinya masih kosong, berpaling dari perintah-perintah dan wasiat-wasiat Allah swt. Akhirya setelah menunggu sekian lama, teryata tidak ada satupun permintaannya yang dikabulkan oleh Allah swt. Akibatnya, diapun mengklaim bahwa Allah swt tidak menepati janjinya. Ini adalah salah satu kebodohan, karena dia tidak mengetahui makna do'a yang sebenarnya.
2.Orang yang berdo'a harus bertaubat dengan taubat nasuha dari semua yang pernah ia lakukan dan menjadikan taubat ini sebagai penolong do'anya.
Orang yang meminta kepada Allah swt, padahal dia belum bertaubat dan masih melakukan maksiat adalah orang yang tidak sehat akalnya dan pasti do'anya tidak akan dikabulkan.
Hal ini bisa kita analogikan dengan keadaan yang banyak kita jumpai di masyarakat. Contoh kecilnya adalah sebagai berikut: Ada seseorang yang mengajukan proposal dan meminta bantuan kepada salah satu pejabat yang ada di kotanya, padahal orang tersebut masih memiliki permusuhan dengan sang pejabat. Bila dia langsung mengajukan proposal dan meminta bantuan tanpa meminta maaf terlebih dahulu, pasti sang pejabat tidak akan menyetujui proposal dan permintaaanya.
Ini adalah contoh kecil hubungan yang terjadi diantara sesama manusia yang mana status mereka adalah mahluk Allah swt. Lalu bagaimana jika hal ini terjadi antara hamba yang hina dengan Dzat yang' menguasai dan mengaturnya ?
Allah swt telah memerintah hamba-Nya untuk tidak mendustakan-Nya tetapi dia tidak memenuhi perintah tersebut. Lalu Allah swt menyuruhnya untuk bertaubat, namun dia juga tidak mau bertaubat, dalam keadaan seperti ini dia meminta kepada Allah swt, maka tidak salah jika Allah swt tidak mengabulkan do'anya. Akhirya dia mengklaim bahwa Allah swt tidak memenuhi janji-Nya. Hamba seperti ini adalah hamba yang tidak berakal dan tidak memiliki adab terhadap sang khaliq, sebab permintaan yang dia ajukan hanyalah thalab dan tidak bisa dikatakan do'a.
Seseorang yang sudah melakukan 2 (dua) syarat taubat di atas, maka ketika dia berdo'a untuk dirinya sendiri pasti do'anya akan di kabulkan. Namun ketika dia berdo'a untuk masyarakat banyak, maka seringkali do'anya tidak dikabulkan. Hal ini dikarenakan ketika dia berdo'a untuk dirinya sendiri maka sangat mudah baginya untuk bertaubat dan berhenti melakukan maksiat. Namun ketika dia berdo'a untuk masyarakat banyak maka syarat ini sulit untuk diwujudkan, karena di dalam masyarakat masih terdapat orang-orang yang belum bertaubat. Sedangkan terkabulnya do'a untuk masyarakat itu tergantung pada taubatnya orang yang berdo'a dan taubatnya masyarakat yang di do'akan.
Maka dari itu jika seseorang berdo'a untuk masyarakat agar Allah menghilangkan kesusahan dan kemiskinan yang menimpa mereka hendaknya juga mengingatkan agar mereka bertaubat dari dosa-dosanya. Bila mereka bisa bertaubat dengan taubat nasuha, maka do 'a pasti akan terkabulkan. Dan sebaliknya bila mereka belum bisa bertaubat dengan nasuha, maka janganlah berharap do'anya akan dikabulkan.
Ketika syarat-syarat do'a di atas sudah dipenuhi maka Allah swt pasti akan mengabulkan do 'a tersebut. Tetapi jangan menyangka bahwa terkabulnya do'a (istijabah) itu sama persis dengan apa yang diharapkan. Karena istijabah yang dijanjikan oleh Allah swt kepada hambanya itu memiliki makna yang lebih luas dari apa yang diharapkan.
Makna Istijabah adalah Allah swt mewujudkan tujuan dari permintaan seseorang dan bukan berarti tujuan tersebut bentuknya sama persis dengan apa yang diharapkan. Contohnya ada seseorang yang meminta suatu pekerjaan kepada Allah swt karena dia menyangka bahwa pekerjaan tersebut bisa menyampaikan tujuan dan menjadi hal yang terbaik baginya. Akan tetapi Allah swt mengetahui bahwa pekerjaan yang dia inginkan itu tidak akan mendatangkan kebaikan bahkan bisa menyebabkan kejelekan. Lalu Allah swt mengganti pekerjaan tersebut dengan hal lain yang lebih baik dan bisa menyampaikan pada tujuan yang dia harapkan.
Allah swt. berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui."
(QS. al-Baqarah [02]: 216)
Makna ini diisyaratkan oleh Ibn 'athaillah di dalam hikmahnya:
فهو ضمن لك الإجابة فيما يختاره لك لافيما تختاره لنفسك
Artinya: "Karena Allah pasti akan mengabulkan do'amu sesuai dengan kehendak- Nya, bukan sesuai dengan keinginanmu."
Bila kita amati, hal-hal seperti ini banyak terjadi di kehidupan kita. Banyak orang yang mengharapkan suatu pekerjaan dan menyangka bahwa pekerjaan tersebut bisa mewujudkan impian-impian dan cita-citanya. Sehingga diapun berdo'a kepada Allah agar memberikan pekerjaan tersebut. Namun setelah meminta dengan waktu yang lama ternyata yang dia harapkan tidak kunjung tiba, sampai-sampai dia menyangka bahwa Allah swt tidak mengabulkan do'anya. Tetapi pada akhirnya Allah swt menciptakan asbab-asbab lain yang bisa menyampaikan kepada cita-citanya. Ketika dia berfikir dan mengamati asbab-asbab tersebut maka dia tahu bahwa asbab-asbab itu lebih baik dari pada pekerjaan yang dia inginkan sehingga akhirya dia memuji Allah swt atas nikmat tersebut. Nikmat ini adalah anugerah yang besar dari Allah swt dan merupakan sebuah keajaiban, karena sebelumnya dia memandang bahwa perkara yang dia harapkan itu adalah yang terbaik. Namun pada hakikatnya perkara tersebut berakibat buruk dan akhirya diganti oleh Allah swt dengan hal yang lebih baik dan berguna baginya.
Sebuah kesalahan lagi yang terjadi pada sebagian orang adalah putus asa di saat berdo'a. Ketika seseorang sudah berdo'a dan memenuhi syarat-syaratnya, namun setelah menunggu beberapa minggu do'anya tidak juga dikabulkan. Maka hal ini menyebabkan dirinya berputus asa untuk berdo'a. Sehingga hati kecilnya berkata:"Aku sudah berdo'a dengan sungguh-sungguh namun belum juga dikabulkan.".
Ini adalah sebuah kebodohan yang menyelimuti kebanyakan orang yang ditimbulkan oleh rasa sangat senang pada impian-impian dan harapan-harapan yang mereka cita-citakan.
Bentuk kesalahan ini terjadi karena mereka menyangka bahwa do'a yang telah diperintahkan oleh Allah swt adalah sebagai wasilah (alat) untuk sampai pada ghayah (tujuan). Jadi do'a hanya dia gunakan ketika membutuhkan sesuatu atau tertimpa musibah. Dan bila hajatnya telah dipenuhi atau musibahnya telah hilang, maka dia tidak butuh berdo'a lagi.
Asumsi yang keliru ini akan membawa seseorang dalam kesedihan ketika dia telah berdo'a dan dalam waktu yang dia harapkan tenyata do'anya belum dikabulkan. Sehingga dia yakin bahwa do'a yang telah dia ucapkan berkali-kali tidak ada faedahnya sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan dia putus asa dalam berdo'a. Ini semua terjadi karena dia memandang bahwa do'a hanyalah sebatas wasilah. Padahal sebenamya esensi dari do'a adalah sebuah ghoyah tersendiri.
Manusia adalah seorang hamba yang dimiliki oleh Allah swt. Oleh karena itu, setiap detiknya pasti dia membutuhkan Tuhannya dalam menghadapi semua problem kehidupan yang bermacam-macam. Di antara tugas hamba yang terpenting adalah memperlihatkan 'ubudiyyahnya kepada Allah swt. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membuktikan bahwa dia sangat butuh kepada Allah dan dengan memperlihatkan bahwa kehidupannya, kebahagiaannya itu tergantung pada penjagaan Allah swt. Perwujudan ubudiyyah ini biasa dilakukan dengan berdo' a baik dia berasumsi bahwa do' anya akan berpengaruh ataupun tidak. Allah swt berfirman:
وقال ربكم ادعوني استجب لكم. ان الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
Artinya: "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min [40]: 60)
Ayat tersebut mengandung perintah kepada manusia agar memiliki sifat 'ubudiyyah kepada Allah swt, yaitu pada kalimat أدعوني Perintah ini adalah perintah yang mutlak tanpa ada qayyid tertentu dan tidak dihubungkan dengan syarat. Selain itu ayat di atas juga mengandung janji yang menunjukkan sifat rahmat Allah swt kepada hambanya dengan memberi anugerah yang tidak terhitung yaitu pada kalimatأستجب لكم
Antara dua hal yang dikandung ayat tersebut tidak ada hubungan yang saling mengikat. Maknanya, janji tersebut timbulnya bukanlah dari doa tetapi dari rahmat Allah swt. Namun banyak orang yang mengira bahwa ketika dia berdo'a, maka dia telah membeli istijabah. Rasulullah saw. bersabda:
عن أبي هريرة أن رسول الله صلي الله عليه وسلم قال : يستجاب لأحدكم مالم يعجل فيقول قد دعوت فلم يستجب لي
Artinya:"Salah satu diantara kalian pasti dikabulkan do'anya selama tidak tergesa- gesa. Dia berkata: saya telah berdo'a tapi belum juga dikabulkan."(HR. Bukhari).
Maksud dari hadis di atas adalah seseorang akan dikabulkan do'anya selama dia tidak menyangka bahwa dia memiliki hak yang harus dipenuhi oleh Allah swt yaitu istijabah dan selama hatinya tidak berkata: "saya sudah berdo'a, tetapi kenapa saya belum memperoleh hak saya yang berupa istijabah". Jadi 'ubudiyyah (do'a) dan istijabah adalah dua perkara yang berbeda dan tidak ada keterkaitan. Do'a adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang hamba sebagai perwujudan 'ubudiyyah di hadapan Allah swt, tanpa memandang dari hasil yang dia dapat dari do'a tersebut.
Rasulullah saw. bersabda:
الدعاء هو العبادة
Artinya: "Do'a adalah ibadah." (HR Ahmad).
Sedangkan istijabah adalah anugerah dan karunia dari Allah swt, bukan hasil dari do'a.
Jalan yang wajib ditempuh oleh seorang Muslim adalah menunjukkan bahwa dia butuh kepada Allah swt dalam setiap keadaan. Dia juga harus memperlihatkan hal tersebut dengan tawadlu' dan rendah hati tanpa memandang hasil-hasil yang akan di peroleh. Dan dia harus yakin bahwa dengan sifat rahmat dan ihsan-Nya Allah akan mengabulkan do'a-do'anya.
Adapun hikmah diakhirkannya istijabah adalah melatih seorang hamba untuk memahami makna yang terkandung di dalam ayatأدعوني أستجب لكم , dan supaya mengerti bahwa istijabah itu bukanlah hal yang wajib ketika seseorang berdoa, melainkan istijabah adalah murni anugerah Allah swt. Sehingga do'a dan penantian istijabah dengan kesabaran dan tenang menjadi bagian dari ibadah. Bahkan bisa menjadi kunci dan ruh ibadah.
Rasulullah saw. bersabda:
عن انس عن النبي صلي الله عليه وسلم (( إنتظار الفرج عبادة ))
Artinya: "Menanti kelapangan adalah ibadah" (HR Ibn Abi Dunya dan al-Baihaqi).
Penjelasan di atas adalah makna dari bagian akhir dalam hikmah ini yaitu:
وفي الوقت الذي يريد لا في الوفت الذي لاتريد
Artinya: "Allah akan mengabulkan do'a pada waktu yang dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan.".

2 komentar:

  1. Gus, kulo izin copy-paste ( share ) rekaman pengaosan Al-Hikam panjengan di blog saya. Agar bisa dibagi2kan juga ilmunya kepada teman2 yang lain. matur nuwun

    BalasHapus
  2. assalam......

    kulo alumni MIS tahun 90an gus, nyuwun idzin share pengaosan hikamipun. matur suwun

    BalasHapus