cara taqarrub pada Allah

SOAL :
Bagaimana caranya kita mendekatkan diri kepada Allah?

JAWAB:
Cara mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui dua cara. Yang pertama bersifat positif (ijabiy). Yaitu dengan ilmu dan memperbanyak melakukan amalan-amalan sunnah. Dalam suatu maqolah disebutkan bahwa Allah tidak memilih kekasih-Nya dari orang yang bodoh. Andai Dia berkehendak menjadikan orang tersebut sebagai kekasih-Nya pastilah Dia mengajarinya . 

Secara logika saja seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan, terutama mengenai keagungan dan kebesaran Allah mana mungkin ia mencintai-Nya. Alih-alih mencintai-Nya, mengenal-Nya saja terkadang tidak. 

Sudah banyak disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadits tentang betapa pentingnya ilmu. Semisal dalam surah Fathir ayat 28:

“ yang sungguh merasa takut kepada Allah –diantara para hambaNya- hanyalah para ulama”. Di dalam kitab At Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi disebutkan bahwa Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i berkata: “andai ulama bukan merupakan kekasih (wali) Allah maka Dia tidak mempunyai kekasih”.

Menurut hemat kami ilmu yang dimaksud tidak sebatas ilmu yang disebut sebagai ilmu agama, tetapi merupakan ilmu yang dapat mengenalkan kita kepadaNya, membuka mata hati kita untuk melihat keagungan dan kebesaranNya.

Poin selanjutnya adalah dengan memperbanyak melakukan amalan sunnah (nawafil). Amalan-amalan sunnah sangat bervariasi. Bisa sholat, membaca Al Qur’an, puasa dan lain sebagainya. Tapi tentunya semua itu setelah kita melaksanakan amalan-amalan yang bersifat wajib (fardlu). 

Tujuan dari poin ini adalah kita terus melakukan kontak, menyambung hubungan denganNya, Dia sebagai pencipta kita, sebagai Sang Maha Kuasa dan sebagai Dzat yang mana kita tidak bisa hidup tanpaNya.

Wajar saja kalau Dia memilih hambaNya yang sering sowan menghadapNya, sering membaca kalamNya, rela melawan dan mengalahkan hawa nafsunya- sebagai sebuah apresiasi dan penghargaan dariNya terhadap hamba tersebut atas berbagai pengorbanan yang telah ia lakukan demi Tuhannya.

Dalam sebuah hadits qudsy yang tercantum dalam kitab Arba’in Nawawiyah disebutkan bahwa: “hambaKu tidak mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang Aku senangi melebihi apa-apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan amalan-amalan sunnah (nawafil) sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya dan kakinya....”
Maksud dari “Aku menjadi pendengarannya.......” adalah gerak-gerik hamba tersebut selalu disertai taufiq dari Allah sebagaimana yang ditegaskan oleh syekh Al Khoththobi. (lihat syarh Taftazani Alal Arba’in Nawawiyyah).

Cara yang kedua yang bersifat negatif (salbiy) adalah dengan menjauhi hal-hal yang haram terutama sekali makanan dan minuman yang haram. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Huroiroh RA diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh dengan rambut berantakan dan wajah yang penuh debu, lantas ia menengadahkan tangannya ke langit seraya memanggil : wahai Tuhanku, wahai Tuhanku !!! memohon kepada Allah dengan penuh pengharapan dan dengan kondisi yang memperihatinkan. Namun oleh Nabi Muhammad SAW disabdakan bahwa permohonannya tidak akan terpenuhi. Fa anna yustajabu lahu?

Mengapa bisa demikian?

Hal tersebut dikarenakan makanan, minuman dan pakaiannya berasal dari barang haram. (lihat dalam kitab Arba’in Nawawiyyah).

Sayyidina Abi Bakar RA berkata: sungguh aku pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah mengharamkan surga bagi setiap tubuh yang disuapi barang yang haram. Kedua cara diatas saling terjalin kelindan satu sama lain dan sangat erat kaitannya.
Disamping hal di atas dengan membersihkan tubuh, perut dan semua indera kita dari hal-hal yang haram kita akan semakin mudah mendapatkan pancaran cahaya rabbani sehingga hati kita bersih dan dapat sampai kepada Allah.

WALLAHU A’LAM BISSHOWAB

4 komentar:

  1. Bagaimana solusinya ketika ada seseorang yang sudah biasa makan makanan haram,minum minuman haram,sehingga mendarah-daging.
    Apakah do'anya tetap tidak di kabulkan?

    BalasHapus
  2. Secara hakikat yang mengabulkan do'a adalah Allah swt, jadi mengabulkan atau menolak do'a adalah hak Allah swt, wallahu'alam bish showab

    BalasHapus
  3. ada sebagian masyarakat yang melakukan shalat taqarub sblm penyenbelihan hewan qurban, bgmn hukumnya? dan di ambil dr mana dasar hukumnya

    BalasHapus