HIKMAH 50 : DOSA KECIL DAN DOSA BESAR

لا صغيرة إذا قابلك عدله ولا كبيرة إذا واجهك فضله

"Tiada dosa kecil bila dihadapkan pada keadilan-Nya dan tiada dosa besar bila dihadapkan pada karunia-Nya"

Ibnu ‘Athaillah menjelaskan dalam hikmahnya bahwa tidak ada dosa kecil jika keadilan Allah menghadap kita, juga tidak ada dosa besar jika fadhal Allah yang menghadap. Oleh karena itu orang yang telah melakukan dosa besar jika mendapatkan anugerah dari Allah maka dosa tersebut akan terhapus. Hal ini sesuai dengan firman Allah :





إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا [النساء/31]

31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Ayat di atas menjelaskan bahwa jika kita menjauhi dosa besar yang dilarang maka dosa kecil akan dihapus. Ada orang jahat yang telah membunuh 99 orang, setelah itu dia bertanya pada seorang ulama'. Apakah dosanya masih bisa diampuni? Kemudian ulama' tersebut menjawab bahwa dia sudah tidak bisa diampuni lagi. Akhirnya ulama' tersebut dibunuh juga sehingga genaplah orang yang dibunuh menjadi 100 orang. Kemudian orang tersebut bertanya kepada ulama' yang lain. Namun ulama' yang ini menjawab bahwa walaupun dia telah membunuh banyak orang dan tidak bisa terhitung lagi, jika dia benar-benar ingin taubat kepada Allah maka Allah pasti akan mengampuninya. Akhirnya dia benar-benar taubat dan diminta untuk pergi ke Makkah. Namun di tengah perjalanan sebelum sampai ke Makkah dia meninggal. Dan Karena kesungguhan niatnya maka Allah menghapus semua dosanya dan memasukkannya ke dalam surga.

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dosa itu ada kalanya besar dan ada kalanya kecil. Dosa besar adalah dosa yang ada ancamannya dari Allah baik siksa di akhirat maupun balasan (الحد) di dunia. Dosa besar seperti halnya syirik (menyekutukan Allah), durhaka pada orang tua, membunuh, lari dari perang, zina, memakan harta anak yatim, sumpah palsu, minum minuman keras, meninggalkan shalat dan memutus persaudaraan. Sedangkan dosa kecil adalah dosa yang tidak ada ancamannya dari Allah swt.

Dosa kecil jika dilakukan terus-menerus maka akan menjadi besar. Dosa menjadi besar karena dia melakukan dosa tersebut tanpa menyadari bahwa dia telah melakukan maksiat kepada Allah swt. Dia merasa bahwa yang dilakukannya adalah tidak apa-apa. Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan dosa kecil, maka dia tidak merasa bahwa dia telah melakukan dosa seperti halnya gashab yang terbiasa dilakukan oleh para santri.

Dosa dikatakan besar karena memandang hak-hak manusia yang lain. Dan dosa dikatakan kecil karena memandang hak-hak Allah saja tanpa adanya hak-hak adami. Atau ada hak-hak adami tapi hak tersebut sangatlah kecil. Hal ini tak lain karena adanya sebuah qaidah yang menyatakan bahwa :



حقوق الله مبنية علي المسامحة وحقوق العباد مبنية علي المشاحة

Akan tetapi jika kita memandang hak-hak Allah secara murni tanpa melirik qa'idah di atas maka semua dosa menjadi besar karena hak Allah itu tidak boleh dimaksiati.



وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا [فاطر/45]

بِمَا كَسَبُوا di sini memang bersifat umum dan mencakup antara dosa kecil maupun dosa besar. Namun jika melihat ancaman pada lafadz مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ maka akan sangat besar akibat yang ditimbulkan. Dan pada dasarnya semua ini akan hilang jika kita memandang fadhal Allah swt.

BAGAIMANA AGAR SEMUA DOSA MENJADI KECIL?

Agar semua dosa mejadi kecil maka seseorang harus memiliki niat dan kesungguhan (عزم) bahwa dia tidak akan mengulangi maksiat. Dia juga harus merasa bahwa taat kita adalah karena anugrah Allah swt sehingga jika di tengah-tengah jalan kita maksiat, maka kita harus istighfar kepada Allah. Dan jika kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah maka kita harus bersyukur kepada-Nya karena itu semua bisa terjadi karena pertolongan-Nya juga. Kita tidak boleh merasa bahwa taat tersebut adalah timbul dari kita sendiri. Karena jika taat tersebut tidak diterima oleh Allah maka semuanya akan sia-sia. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :



وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ [المؤمنون/60]

60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008],

[1008] Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

Seseorang tidak boleh merasa bahwa dia bisa masuk islam dan melakukan shadaqah atau amal baik lainnya adalah karena dirinya sendiri. Dan seandainya dia tidak ditolong oleh Allah sehingga akhirnya melakukan maksiat maka dia harus berserah diri kepada Allah dan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah berusaha meninggalkan maksiat, namun nafsunya tidak kuat (lemah) sebagaimana sudah difirmankan Allah :



يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا [النساء/28]

28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.

[286] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila telah cukup syarat-syaratnya.

Kalau kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meninggalkan maksiat tapi belum mampu menghindarinya maka fadhal Allah akan menghadap pada kita dan akhirnya dosa besar akan menjadi kecil.

Jika ada orang yang selalu melakukan maksiat dari kecil lalu dia mengatakan bahwa dirinya tidak mungkin lagi dimaafkan oleh Allah sehingga akhirnya dia tidak mau mengakhiri maksiatnya maka ini adalah dosa yang sangat besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar karena telah berputus asa dari rahmat Allah swt. Dalam Al-Qur'an Allah telah berfirman :



يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [يوسف/87]

87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Agar fadhal Allah yang menghadap pada kita dan bukan keadilan-Nya maka kita tidak boleh menghina hak-hak Allah walaupun itu kecil. Orang yang terbiasa melakukan dosa kecil maka dia akan meremehkannya sehingga akhirnya menjadi besar. Suatu contoh adalah seseorang yang terbiasa makan menggunakan tangan kiri. Walaupun ini Cuma makruh tapi jika dilakukan terus-menerus maka akan meremehkan syari'at-syari'at islam.

Pada zaman nabi pernah ada sahabat yang makan menggunakan tangan kiri, lalu nabi menyuruhnya agar makan dengan tangan kanan, namun sahabat tersebut justru mengatakan bahwa dia tidak bisa. Lalu Rasulullah bersabda: kamu tidak bisa makan. Akhirnya sahabat tersebut benar-benar tidak bisa makan menggunakan tangannya karena mengalami kelumpuhan.

Imam Bisyr Al-Khafi pernah menemukan selembar kertas yang di dalamnya terdapat nama Allah. Kertas tersebut telah terinjak-injak oleh kaki-kaki orang yang lewat. Lalu dia mengambilnya dan membeli minyak seharga satu dirham. Kertas tersebut lalu diolesi dengan minyak dan ditaruh di atas tembok. Kemudian pada malam hari dia bermimpi ada orang yang berkata : "wahai Bisyr kamu telah mengharumkan namaku, maka aku akan mengharumkan namamu di dunia dan akhirat"

Contoh dosa kecil yang tidak boleh kita sepelekan adalah bercampur dengan lain jenis yang tidak mahramnya. Walaupun hal ini sudah sangat umum di kalangan masyarakat, namun kalau dilakukan terus-menerus maka akan menjadi dosa besar. Contoh lain adalah seorang perempuan yang memakai kerudung tapi rambutnya masih kelihatan. Walaupun kelihatan sepele namun jika dibiarkan maka akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, seorang mukmin tidak boleh menganggap remeh sebuah dosa. Dalam sebuah hadits telah disebutkan :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا قَالَ أَبُو شِهَابٍ بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ

صحيح البخاري - (ج 19 / ص 367)

Artinya : "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosanya seperti ketika dia duduk di lereng gunung, dia takut kalau gunung tersebut melongsorinya. Dan sesungguhnya orang yang fajir akan memandang dosanya seperti lalat yang terbang pada hidungnya. Kemudian Rasulullah berkata: seperti ini. Abu syihab berkata : Rasulullah menaruh tangannya di atas hidungnya"

1 komentar: