HIKMAH 62 : KEBEBASAN MANUSIA

أنت حر مما أنت عنه آيس وعبد لما له طامع



"Engkau adalah orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau inginkan"





Sebagai manusia kita tidak boleh beri'tikad bahwa selain Allah itu bisa memberi manfaat. Jika ada orang yang meminta tolong pada orang lain lalu orang tersebut meminta agar dia melakukan sesuatu namun akhirnya tidak berhasil. Kemudian orang tersebut meninggalkannya dan tidak lagi bergantung kepadanya serta hanya menuju Allah dalam setiap permintaannya maka orang tersebut adalah orang yang merdeka. Jika kita telah putus pada semua orang maka kita akan bebas, tapi kalau kita masih butuh pada orang lain maka berarti kita menjadi budaknya.





Kita boleh tama' tapi hanya kepada Allah karena tama' atau tidak tama' kepada Allah adalah tidak ada perbedaannya. Orang yang seperti inilah orang benar-benar beriman. Orang akan mulia jika dia tama' hanya kepada Allah tapi jika tama' kepada orang lain maka dia akan hina karena orang lain adalah orang yang sama dan sederajat dengan kita.





Di Indonesia ini memang banyak sekali cobaan, karena banyak sekali orang islam yang bekerja kepada orang kafir. Sebenarnya ini tidak boleh terjadi. Dalam hadits nabi telah disebutkan :



الاسلام يعلو ولا يعلي عليه



"Islam adalah agama yang mulia dan tidak dikalahkan"





Agama yang benar adalah agama nabi Muhammad yaitu satu-satunya agama yang bisa membentengi agar khurriyyah (kebebasan) tidak dikuasai oleh orang lain. Khurriyyah artinya kita tidak dikuasai kecuali oleh Dzat yang berhak untuk menguasai. Tidak mungkin orang bisa mendapatkan khurriyyah kecuali dia telah tahu siapa dirinya sendiri.





Manusia adalah mahluk yang lemah dan yang kuat hanyalah Allah swt. Dalam surat Al-Alaq ayat 2 telah disebutkan :



خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) [العلق/2]



2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.





Orang tidak mungkin bebas jika dia tidak tahu bahwa dia adalah hamba Allah. Manusia diciptakan dari air sperma lalu menjadi darah lalu menjadi daging lalu diberi tulang, diberi nyawa, lahir, tumbuh, dewasa, tua, dan akhirnya meningal dunia. Manusia diciptakan melalui proses dan yang menggerakkannya hanyalah Allah. Dengan demikian kalau kita tahu siapa diri kita maka kita hanya menuju Allah dan meminta tolong hanya kepada-Nya. Kita juga akan lepas dari selain Allah dan hanya tama' kepada-Nya. Kita tidak lagi meminta tolong kepada si A, si B, atau si C karena mereka tidak akan memberi manfaat.





Undang-undang ciptaan manusia memang tidaklah sempurna sehingga banyak yang melanggarnya. Hal ini tak lain karena yang membuat adalah orang yang sama dengan kita atau bahkan kita sendiri lebih baik dari pada mereka. Tapi jika undang-undang tersebut adalah ciptaan Allah, maka kita akan takut melanggarnya karena Allah adalah Dzat yang tidak ada bandingannya. Contoh mudah adalah ketika kita diberi nasehat oleh teman kita sendiri maka kita sering kali meremehkannya, namun jika nasehat tersebut dari guru atau kyai kita maka kita aka tunduk.





Undang-undang Allah memang di luar kemampuan akal manusia sehingga kita tidak perlu mengetahui apakah undang-undang tersebut baik atau tidak. Inilah yang mendasari Sayyidina Ali dalam maqalahnya :



لو كان الدين بالعقل لكان مسح الخف من اسفله اولي من اعلاه



"seandainya agama itu dengan akal, maka mengusap muzah dari bawahnya itu lebih utama dari pada dari atas"





Memang ada kalanya undang-undang itu ada yang menang dan ada yang kalah, juga ada kalanya tidak menang semuanya. Semua ini adalah sudah menjadi ketentuan manusia. Kalau ada yang kalah maka dia harus mengikuti kepada yang menang walaupun dalam keadaan terpaksa. Tapi jika undang-undang tersebut dari Allah dan kita juga sudah tahu bahwa undang-undang tersebut dari Allah, maka kita akan menjalankannya walaupun kita sedang capek. Inilah perbedaan antara hukum Allah dengan hukum manusia.





Orang yang kalah adalah orang yang terjajah. Orang ini khurriyyahnya akan hilang dan agar dia bisa merdeka maka dia harus mengikuti undang-undang Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Imran : 64 :



قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) [آل عمران/64]



64. Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".







Jika ingin benar-benar bebas maka dia harus masuk islam secara kaffah. Dia juga harus bebas dari hawa nafsunya (kebebasan berkehendak) yaitu mengekang keinginan nafsu tersebut. sebaliknya jika dia tidak bisa mengekang nafsunya maka dia akan terjajah oleh nafsu. Ini adalah penyakit, oleh karena itu dia akan malu jika tidak mampu melawan nafsunya. Penyakit inilah yang telah melanda dunia barat. Di sana banyak sekali orang yang minum minuman keras, dan ekstasi. Ini karena lemahnya nafsu mereka. Mereka tidak akan merdeka jika masih melakukan dan tidak mau meninggalkan kebiasaan mereka. Mereka akan semakin rusak moralnya dan jika tidak rusak maka mereka pasti sudah mau menerima islam sebagai agama mereka. Oleh karena itu agar kita tidak terjerumus seperti mereka kita harus senantiasa ingat dengan hikmah Ibnu Athaillah "Engkau adalah orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau inginkan"

0 komentar:

Posting Komentar